Selasa, 10 Februari 2009

Hikmah di balik Kisah

PENDURHAKA YANG MASUK SURGA

 

       Dahulu, hidup seorang laki-laki durhaka dan fasik dari bani Israil. Penduduk sekitar dimana ia tinggal mengusir lelaki itu agar meninggalkan desa, mereka khawatir dan tidak ingin ikut-ikutan terseret karena kedurhakaan laki-laki itu Allah menurunkan wahyuNya kedapa Musa AS, mengabarkan perihal di atas. Musa mendatangi lelaki itu dan juga turut mengusirnya dari desa tersebut. Laki-laki durhaka itupun angkat kaki dari desanya. Ia pindah ke desa lain, dekat desa tempat ia tinggal sebelumnya. Allah mewahyukan lagi kepada Musa dan Musa mengusir laki-laki itu dari desa tadi.

 

       Akhirnya, laki-laki itu keluar lagi dari desa tersebut dan berjalan tak tentu arah. Ia kemudian memutuskan untuk pergi saja ke sebuah gurun gersang. Disana tidak ada orang tinggal, sehingga tidak mungkin ia diusir lagi dari situ. Ditempat ini, ia jatuh sakit, Ia tergeletak tak berdaya di atas pasir panas.

 

       Penderitaan memang tak tertahankan lagi baginya. Ia mengeluh meratapi nasibnya itu.

"Wahai Tuhan!, andaikata aku dalam pangkuan ibu, maka pastilah ia menyayangiku, ia akan menangisi atas kehinaanku ini.

 

Andaikata ayahku di sisiku, pastilah ia akan menolongku, memandikanku, mengkafaniku. Andaikata istriku ada di sisiku, pastilah ia menangisi kepergianku.

 

Andaikata anak-anakku ada disini, pastilah mereka akan menangisi dibelakangku dan berdoa: ' Ya Allah, ampunilah orangtuaku yang asing, lemah,suka maksiat, fasik yang di usir dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga terdampat di gurun yang gersang ini. Ia mati menuju akhirat dalam keadaan putus asa kepada semuanya, kecuali kepada rahmat Allah'

 

Ya, Allah. Jika Engkau putuskan aku dari ibuku,anak-anakku,istriku, maka jangan Engkau putuskan aku dari rahmatMU. Hatiku terbakar karena berpisah dari mereka, maka jangn Engkau bakar aku dengan api MU karena maksiatku."

 

       Allah kemudian mengirim bidadari-bidadari yang menyerupai ibunya, isterinya, dan anak-anaknya. Juga Allah mengirim malaikat yang menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk mengelilingi laki-laki itu dan meratapinya. Lelaki itu menjadi tenang, karena seakan-akan ia dikelilingi oleh ibunya, isterinya, anak-anaknya dan ayahnya.

 

       "Ya Allah. Jangan Engkau putuskan aku dari rahmatMu. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Kemudian, lelaki itu wafat dengan tenanya, Ia menghadap Allah dalam keadaan bersih karena dosannya terampuni. Allah menurunkan wahyu kepada Musa. "Hai Musa. Pergilah ke gurun. Disana ada salah seorang waliKU wafat. Mandikan, kafani, shalati dia"

 

       Musa segera datang ketempat yang dimaksud. Betapa kagetnya ia menemukan orang yang disebut Allah sebagai waliNya itu

adalah lelaki yang ia usir justru atas suruhan Allah sendiri. Musa melihat ada bidadari di sisi mayat lelaki itu, sedang menangisinya.\

 

"Wahai Tuhan, Bukankah ini pemuda fasik yang kuusir atas perintahMU?"

"Benar, ya Musa. Aku merahmatinya. Aku ampuni dosanya karena keluhnya waktu sakit, yaitu karena perpisahaannya dengan kampung halamannya, orang tuanya, anak-anaknya dan isterinya. Kukirim bidadari yang menyerupai ibunya, dan malaikat yang menyerupai ayahnya. Juga karena rahmatKu, dimana ia telah terhina dalam keasingannya. Jika orang terasing mati, menangislah penghuni bumi dan langit karena rasa kasihan, Bagaimana aku tidak kasihan padanya? Aku adalah zat yang Maha Kasih Maha Sayang".

 

ORANG-ORANG YANG TERKELABUI

 

       Saat niat memulai shalat, inginnya sangat bagus, akibatnya takbir diulang-ulang seakan-akan dia ingin bagus takbirnya. Dia tidak sadar bahwa dirinya sudah menjadi alat bagi syetan untuk mengganggu orang yang shalat di kanan-kirinya. Orang lain sudah membaca Al Fatihah, sudah mulai membaca surat dia masih sibuk dengan takbir yang dikeraskan demi kepentingan kekhusu'an dirinya. Berulang-ulang ia lakukan sampai orang yang di kanan-kirinya rusak shalatnya. Sungguh dia sudah jadi alat tipu daya syetan. Sepertinya ingin khusu', padahal di saat yang sama dia sudah menjadi jalan untuk merusak shalat orang lain.

 

       Pada waktu bacaan surat, ada juga yang terkecoh syetan dengan membuatnya ingin bacaan fatihahnya bagus, sehingga sangat mementingkan makhraz dan tajwidnya. Tidak jarang suaranya lebih dikeraskan supaya khusu'. Dia tidak menyadari bahwa bacaan fatihahnya yang begitu diupayakan betul makhraz dan tajwidnya itu sudah merusak shalat orang di kanan-kirinya. Dan dia sendiri sudah tidak ingat kepada ALLAH, karena begitu sibuknya dengan bacaan yang tidak dipahaminya.

 

       Waktu shalat kadang kita merasa harus hingga menangis, bisa juga jadi sarana tipu daya syetan. Kita shalat berjemaah, kemudian hati tersentuh, oleh ALLAH digetarkan, tapi sesudah iut justru bisa jadi ria. Kita ingin tangisan kita diketahui orang lain atau kalau kita diam-diam menangisnya dengan air mata berlinang, terkadang ada keinginan agar orang lain tahu bahwa dirinya sedang menangis. Lalu lihat orang lain yang tidak menangis seakan-akan dianggap tidak dalam keadaan khusu.

 

       Adapula yang ketika sujud dilamakan, imam sudah duduk, makmum lain sudah duduk, dia sengaja sujud sendiri lebih lama. Dia memang terasa nikmat, tapi jangan-jangan ini tipu daya syetan karena dalam sebuah kebersamaan (jamaah), keutamaan itu adalah yang dilakukan secara bersama-sama.

-----------------------------------------

 

       Ah, Sahabat. Kita harus hati-hati! Semua orang yang berilmu pasti binasa, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Semua orang yang beramal juga pasti binasa, kecuali orang-orang yang ikhlas dalam mengamalkannya. Dan untuk ikhlas itu luar biasa sekali perjuangannya, harus cari ilmunya, atau minimal harus banyak tanya kesana-sini.

 

       Orang yang biasa jadi imam, ketika suatu waktu dia terlambat dan ada orang lain yang mengimaminya lalau dia jadi makmum, tapi kalau dia tidak ikhlas selama shalat hatinya tidak menerima begitu saja diimami orang lain. Suatu saat lagi ketika ada tamu, karena ingin menghargainya dia persilahkan tamu itu menjadi imam.

"Silakan, Bapak saja yang jadi imam !" ujarnya.

Tapi ketika mempersilahkan ini ada setitik niatan untuk memperlihatkan kemuliaan dirinya, ketawadhuan dirinya, atau kearifan dirinya. Artinya dia menyuruh orang lain jadi imam bukan karena orang lain punya hak, tapi dia sengaja memperlihatkan dirinya, sehingga orang lain mengatakan,

"Oh, ini orang yang arif, orang yang bijak, orang yang tawadhu".

Sepertinya dia sudah berbuat baik, padahal dia tertipu sudah memamerkan kebaikannya, masya ALLAH.

 

       Begitu pun bagi orang-orang yang berilmu, banyak oran gyang berilmu dan terkelabui denganilmu yang dimilikinya. Dia belajar ilmu agama, rajin ke majlis taklim, ilmu syariat dia pelajari, sayangnya dia merasa menjadi orang yang pintar dalam ilmu agama. Dalil dikuasai, malah kalau berbicara selalu pakai dalil, sayangnnya lagi dia tidak meneliti bagaimana pribadinya. Sudah bisa melakukan atau tidak apa yang diketahui itu? Dia sibuk berhujah dengan aneka dalil, keterangan agama keluar dari mulutnya, tapi sayang seribu sayang dia tidak berhasil meneliti ilmu yang diketahuinya itu sudah dilakukan atau belum ?

 

       Anehnya lagi dia sudah merasa shaleh, merasa sudah menjadi orang baik dengan ilmu yang dikuasainya. Padahal apalah artinya ilmu kalu tidak jadi amal. Apalah artinya kita mengetahui ilmu shalat, kalau kita tidak shalat. Inilah perilaku orang yang terkelabui yang tertipu. Banyak bicara agama, banyak bicara kebenaran tapi dia sendiri tidak melakukan kebenaran itu tapi dia sudah merasa terhormat dengan ilmunya, tidak merasa bersalah sama sekali. Seakan-akan orang yang beramal tanpa ilmu itu ditertawakan, masya ALLAH. Padahal ALLAH SWT berfirman,

"Sungguh amat besar kemurkaan di sisi ALLAH bagi orang-orang yang berkata-kata apa-apa yang tidak diperbuatnya" (QS. Ash Shaaf 21: 3).

 

 

WANITA BERTANGAN LUMPUH

Berdermalah selagi kalian mampu

 

       Pada suatu hari pernah seorang wanita yang lumpuh tangan kanannya menghadap Nabi S.A.W seraya berkata : "Ya Nabiyallah, kumohon sudilah kiranya baginda memohon kepada Allah SWT agar Dia menyembuhkan tangan kananku yang lumpuh ini!"

Nabi S.A.W bertanya kepadanya : "Apakah yang menjadikan tanganmu lumpuh ?"

 

Maka wanita tadi menceritakan sebab kelumpuhannya :

"Ya, Nabiyallah, pada suatu malam aku bermimpi seakan-akan hari kiamat telah tiba. Neraka Jahannam yang apinya menyala-nyala tergambar dengan jelas dalam impianku, begitu juga surga. Namun betapa hati merasa sedih ketika aku melihat ibuku berada di neraka Jahannam. Dia memegang sepotong lemak dan selembar kain serbet. Dengan sepotong lemak dan selembar kain serbet itulah ibuku nampak bersusah payah menghalangi panasnya jilatan api neraka Jahannam. Maka aku segera menyapa ibuku : "Aduh ibu, mengapa ibu berada di jurang neraka Jahannam ini ? Padahal setahuku, ibu dulu rajin beribadah kepada Allah SWT, dan ayahpun nampaknya meridhai kebaktianmu ?"

Ibu : "Wahai anakkku, ketahuilah bahwa ibu dulu terlanjur bersifat kikir. Maka inilah tempat yang disediakan bagi orang-orang yang kikir!"

 

Anak : "Apakah arti sepotong lemak dan selembar serbet yang ibu pegang itu ?"

Ibu : "Anakku, hanya kedua benda itulah yang pernah kudermakan selama hidup! Selain itu tak ada lagi!"

 

Anak : "Lalu, sekarang ayah di mana ?"

Ibu : "Wahai anakku, ayahmu dulu seorang yang dermawan. Maka beliau sekarang berada di surga bersama-sama dengan para dermawan lainnya."

 

       Ya Nabiyallah, setelah itu aku pun segera ke surga menghampiri ayahku. Ternyata ayah sedang berdiri di sisi telagamu Ya Rasulullah. Disana beliau membagi-bagikan air minum kepada orang banyak, tetapi ibuku justru dilupakan.

 

       Lalu aku bertanya kepada ayah : "Wahai ayahku, ketahuilah bahwa ibuku yang juga istri ayah, meskipun dulu sama-sama taat beribadah kepada Allah dan ayahpun tampaknya meridhai kebaktian ibu, namun kini dia berada di neraka Jahannam!.

Sementara itu, ayah berada di tempat ini membagi-bagikan minuman dari telaga Rasulullah S.A.W kepada orang banyak. Dan ayah begitu tega melupakan ibu. Maka kumohon wahai ayah, berilah segelas air dari telaga ini untuk kuberikan kepada ibu!"

Kata ayah : "Hai anakku, ketahuilah bahwa Allah SWT telah mengharamkan orang-orang yang kikir dan orang-orang yang kikir dan orang-orang yang berdosa meminum air telaga Rasulullah S.A.W ini!"

 

       Ya Nabiyallah, mendengar jawaban ayah yang melarangku mengambil air dari telagamu, maka aku nekat mengambil segelas air dari telaga itu tanpa sepengetahuan ayahku. Lalu aku bermaksud memberikannya kepda ibu yang telah lama kehausan. Tiba-tiba terdengar suara: "Semoga Allah melumpuhkan tanganmu, karena kamu telah berani mencuri air dari telaga Rasulullah S.A.W ini untuk memberikan kepada orang yang kikir lagi berdosa!"

 

       Ya Nabiyallah, usai mendengar suara itu, aku terbangun dari tidurku. Dan ternyata tanganku menjadi lumpuh seperti ini. Inilah sebab kelumpuhan tangan kananku, ya Nabiyallah!"

 

       Setelah Nabi S.A.W mendengarkan sebab-sebab kelumpuhan tangan kanan wanita tersebut, maka beliau S.A.W meletakkan tongkatnya pada tangan wanita itu lalu berdoa : "Ya Allah, ya Tuhanku, dengan kebenaran mimpi yang diceritakan oleh wanita ini, maka kumohon sudilah kiranya Engkau berkenan menyembuhkan tangan kanannya yang menderita kelumpuhan !"

Atas doa Nabi S.A.W itu, sembuhlah tangan kanan wanita itu dari kelumpuhannya dan pulih seperti sediakala.

 

Tafsir Surah An-Nas

SEBENARNYA SYAITAN PENGECUT!

 

       Sebenarnya syaitan itu pengecut. Syaitan tidak berani bertindak secara terang-terangan. Syaitan hanya bertindak secara sembunyi-sembunyi dan terhadap insan yang lalai saja. Syaitan amat takut kepada manusia yang berani, yaitu insan beriman yang mengamalkan zikir dan bersenjatakan doa.

Syaitan pengecut itu akan mundur menyembunyikan diri apabila ditentang oleh insan beriman seperti sabda Rasulullah s.a.w. (artinya): "Apabila manusia menyebut nama Allah, ia (syaitan) akan mundur/lari; dan apabila manusia lalai, dia akan membisikkan kejahatan."

 

Surah An-Nas ialah surah yang ke-114 dalam al-Quran. Surah yang terdiri dari enam ayat ini diturunkan di Mekah setelah turunnya surah al-Falaq. An-nas artinya "manusia".

 

 TERJEMAHAN SURAH AN-NAS

 Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang.

 1.Katakanlah (wahai Muhammad): "Aku berlindung kepada (Allah) pemelihara sekalian manusia,

 2.Raja manusia(Yang menguasai sekalian manusia),

 3.Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia,

 4.Dari kejahatan pembisik, penghasut yang timbul tenggelam,*

 5.Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia,

 6.(Yaitu pembisik dan penghasut) dari kalangan jin dan manusia.**

 

 *Nota 1: Yakni yang "timbul" menjalankan bisikan dan hasutannya apabila manusia lalai dari mengingat Allah dan hukum agamanya, dan "tenggelam" (mundur/lari) pada saat seseorang ingat kepada Allah dan memikirkan balasan buruk yang disediakan oleh Allah untuk orang yang melakukan kejahatan (hasil bisikan dan hasutan itu).

 

 **Nota 2: … Surah ini mengajar kita memohon perlindungan dari bahaya batin yaitu bahaya perasaan waswas (ragu-ragu) dan ingatan buruk yang datang dr angkaramurka makhluk yang tidak kelihatan pada kita--(syaitan atau jin), dan dari tipu daya makhluk yang berupa manusia … .

 

ULASAN

Dengan membaca surah ini kita memohon perlindungan Rabb--Tuhan yang memelihara, yang memerintah dan yang disembah oleh manusia--agar melindungi diri kita dari kejahatan syaitan. Syaitan itu--datang dan menghilang,timbul tenggelam--membisikkan kejahatan di dalam hati manusia.

Maksud hadis, dari Ibnu Abas r.a., katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: Syaitan itu duduk (nongkrongi) di atas hati manusia; apabila manusia mengingat Allah, dia mundur; apabila manusia lalai, dia membisikkan kejahatan.

 

       Hamka (Tafsir Al-Azhar, Juz 29--30, 1984: 296) memetik pandangan Ibnu Qatadah seperti yang berikut: "Dikeduanya ada syaitannya. Di kalangan jin ada syaitan-suaitan, di kalangan manusia pun ada syaitan-syaitan."

 

       Jadi, syaitan itu bisa berupa syaitan (sebenarnya) yang tidak bisa dilihat dan syaitan (jadian) yang berupa manusia. Menurut Ahmad Sonhadji Mohamad dalam buku Tafsir Al-Quran Juz 30 (1990: 233), "syaitan dari bangsa manusia lebih jahat dan sangat berbahaya dibanding syaitan dari bangsa jin".

 

       Syed Qutb pula berkata, manusia akan bersiap sedia mempertahankan diri dari kejahatan syaitan "apabila seseorang itu menyadari bahwa syaitan yang tidak nampak itu membisikkan kejahatan di dalam hati manusia secara halus dan tidak dapat dilihat, begitu juga apabila dia menyadari ada manusia menaburkan kejahatan di dalam hati manusia sama seperti syaitan yang tidak nampak itu … ."

 

       Menurut Syed Qutb lagi, syaitan telah mengisytiharkan perang terus-menerus terhadap manusia. Perisytiharan itu lahir dari tabiat jahat, angkuh, hasad dengki dan dendam kesumatnya terhadap manusia. Syaitan telah meminta kebenaran dari Allah untuk memerangi manusia, dan permintaan itu telah dikabulkan oleh Allah karena suatu hikmat yang diketahui-Nya.

 

Walau bagaimanapun, Allah menyediakan manusia dengan iman sebagai perisai untuk menghadapi angkara murka syaitan. Allah menjadikan zikir sebagai kelengkapan perang untuk manusia menghadapi bala tentera syaitan. Allah telah membekali manusia dengan doa sebagai senjata yang dapat melindungi manusia dari godaan syaitan. Seandainya manusia melupakan perisai, kelengkapan dan alat senjata itu, maka manusia itu sajalah yang patut disalahkan! (Tafsir fi Zilalil Qur'an, Juz Amma (Jawi), Dian Darulnaim 1988, hlm. 18-19.)

 

 

EMPAT GOLONGAN PENGGODA

 

       Menurut Syed Qutb, terdapat empat golongan penghasut dari kalangan manusia yaitu teman jahat, provokator/dalang, tukang umpat dan penjual nafsu:

 

1. Teman jahat menaburkan kejahatan ke dalam hati dan akal kawannya tanpa disadari;

2. Provokator/dalang para pejabat membisikkan idea jahat kepada tuannya sehingga para pejabat itu menzalimi rakyat;

3. Tukang umpat menggunakan kata-kata yang indah dengan licik sehingga kepalsuan yang disebarkannya kelihatan seolah-olah benar;

4. Dan penjual nafsu, dengan gaya yang amat menarik, menyelinap masuk dari pintu naluri tidak dapat ditolak melainkan dengan kekuatan iman dan pertolongan Allah!

 

       Menurut Syed Qutb lagi, ada hasutan jahat manusia yang lebih buruk daripada hasutan syaitan.  "Di sana terdapat berpuluh-puluh jenis pembisik kejahatan yang datang dan menghilang, yang membuat perangkap kejahatan dan menyeludupkannya ke dalam hati manusia. Mereka lebih jahat daripada syaitan yang tidak nampak dan lebih halus jejak langkahnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar