Kau Tetap Yang Ter...muah Di Hati
Author: Abu AuThari
"Muah... iiih gemes banget!" atau, "Duuh... buah hatiku, belahan jiwa, cup sayang dulu, muah...!" merah deh tuh pipi. Kadang, yang dicium tersipu malu, hidung kembang kempis, jempol pun mendadak gede. Gak peduli kempot atau jerawat di pipi, apapun yang terjadi, muah...
Idih... ini bukan 'muah-muah'-an yang gak syar'i lho. Muah... bisa aja antara suami dan istri
Namun, waktu tak pernah berhenti berlari mengiringi keriputnya kulit pipi sang istri, dan kempotnya sang suami, muah... pun jarang terlihat dan terdengar. Saat baru menikah, "Bye... bye... Ummi, hati-hati di rumah ya, assalaamu'alaykum, muah...," diiringi senyum lebar dan doa sang istri yang tak lupa ngebalas, muah...
Buah hati lahir, satu, dua, bahkan lebih, kesibukan dan usia pun bertambah, muah... perlahan-lahan senyap, gak tau rimbanya. Atau bisa jadi, muah... hanya untuk pipi mulus si kecil, tidak lagi untuk istri yang pagi-pagi sibuk dengan perlengkapan perang dapurnya sambil belepotan bumbu masakan.
Menjadi tua, bukankah itu penyakit yang kata Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam emang gak ada obatnya? Saat remaja, duhai wajah sungguh cantiknya, kulit bersih, mulus dan licin penuh perawatan segala jenis ramuan serta vitamin, namun masa tua pastilah datang. Juga wajah tampan rupawan hingga menjadi finalis Cover Boy majalah-majalah remaja, bukanlah jaminan akan selalu sedap dipandang.
Jelita, wajah mulus tanpa noda, tubuh langsing dengan berat ideal karena aerobik gak pernah ketinggalan, mungkin seperti ini kriteria Sang Pangeran. Tuan Puteri pun tak ketinggalan mensyaratkan, Sang Pangeran mesti ganteng tampan rupawan, tak tampak lemak di badan, mungkin seperti sosok binaragawan. Salahkah jadi sebuah impian? Onde mande... banyak nian yang diharapkan.
Cantik... boleh aja,
Cantik fisik bagaimanapun hanyalah sedalam kulit, tampak indah di mata. Saat tua menjelang, lekukan yang tak diharapkan mungkin mengurangi kejelitaan atau ketampanan. Emang... yang terbaik adalah kecantikan akhlak dan budi pekerti, karena tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Kecantikan dalam ini adalah karunia yang tak ternilai harganya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena segala gerak tingkah lakunya selalu memancarkan keindahan akhlak, kebaikan, dan ketulusan yang kalau dipelihara takkan hilang hingga akhir hayat dikandung badan.
Karena itu Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam lebih menekankan agar dalam memilih akhwat yang terpenting adalah agama-Nya, sebab kalau tidak demikian niscaya kamu akan celaka, baru dibarengi harta, keturunan dan kecantikannya (Hadits Shahih Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175). Dan, ketakwaan ikhwan adalah dasar utama bagi seorang akhwat untuk menentukan pasangan, sebagaimana Ali bin Abi Tholib radhiyallahu'anhu pernah mengatakan, jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya tidaklah ia akan menzaliminya.
Pasangan yang menikah karena cinta yang teramat dalam kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bagaikan sebatang pohon di tanah yang subur, akarnya selalu erat mencengkeram, rimbun daunnya melindungi dari panas dan hujan, serta buahnya akan memberi kenikmatan. Saking dalamnya, muah... sebagai salah satu ungkapan cinta akan selalu menghiasi kehidupan rumah tangga, tanpa peduli keriput Sang Permaisuri atau kempotnya Sang Raja.
Ya akhi wa ukhti fillah...
Ikatlah cinta suci karena akhlak serta budi pekerti, insya Allah akan selalu langgeng hingga akhir waktu nanti walau apapun yang akan terjadi, indah menghiasi diri serta mengurai mesra untaian kata 'Kau Tetap Yang Ter...muah Di Hati.'
*Duhai kekasih hati / Kugubahkan nasyid ini
Sebagai tanda cinta suci / Dalam naungan Ilahi
Hari demi hari / Bersamamu kulewati
Dalam suka dalam duka / Dalam meniti ridho-Nya
Ikrarkan bersama / Untuk tetap dijalan-Nya
Bahtera rumah tangga / Teladankan rasul mulia
Didik putra-putri / Sebagai amanah Ilahi
Bekali akhlak imani / Jadikan mukmin sejati
Insya Allah...
(Notes: Dikutip dari lirik nasyid Dialog Dua Hati-Suara Persaudaraan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar