UNTUK KITA RENUNGKAN
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan didalam batin
Tengoklah kedalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat 2X
Kita mesti berjuang, memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada disini, didalam jiwa ini
Berusahala agar Dia tersenyum 2X
Masih kuingat bait syair sebuah lagu Ebiet yang terkadang masih aku senandungkan entah mengapa kali ini aku ingin merenungkan dan mencoba mengkaji makna yang tersirat ataupun tersurat dalam lagu tersebut dalam aktifitas keseharianku.
Kita mesti telanjang karena aku harus mandi setelah bangun tidur untuk melakukan sholat subuh yang tentunya harus benar2 bersih namun apa yang sering aku lakukan adalah hanya berwudhu untuk melakukan sholat Subuh adapun mandinya menjelang berangkat kerja dengan harapan badan lebih Fresh, jangankan untuk suci di dalam bathin sementara suci lahirpun belum bisa aku laksanakan belum lagi ketika aku angkat tanganku bertakbiratul ihram aku telah berniat untuk sholat dilanjutkan dengan do'a iftitah yang didalamnya kuucapkan INNA SHOLATI WANUSUKI… dan seterusnya LILLAHI ROBBIL "ALAMIIN yang bermakna Sholatku hanya karena Allah tidak lain itu hanyalah bagian dari gerakan mulutku namun hati dan pikiranku kemana-mana, aku ingat sarapanku belum tersedia, aku harus pergi kerja lebih awal agar tidak terlambat dan lain sebagainya.
Setelah salam aku berdo'a : Robbana atina fiddunya khahasa wafil akhiroti Khasanah… dan seterusnya yang tidak lain adalah do'a sapu jagat yang intinya meminta kebaikan dunia dan akhirat, cobalah anda pikir patutkah Aku memohon kepada Allah yang sedemikian besar sementara aku sholat tanpa mandi dan masih berpikir macam2 dalam sholatku.
Aku berangkat kerja seiring dengan do'a Bismillahi Tawakkaltualallah, ditengah perjalanan lalu lintas macet karena salah satu mobil menyerobot dan terjepit diantara mobil- mobil yang lain dalam hatiku bergumam betapa egoisnya supir mobil tersebut tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain seakan aku selalu mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentinganku sendiri.
Di kantor kulihat atasanku sedang kebingungan di depan computer dan selalu bertanya pada Clerknya Cara menjalankan Microsoft Office dalam hatiku berkata ah ternyata bener juga kata orang bahwa dia jadi atasanku karena ada KKN habisnya pakai Microsoft Office saja nggak bisa, tak lama kemudian anak buahku datang menyerahkan data untuk bahan presentasiku yang kutolak karena cara mendapatkan datanya salah, sekali lagi bergumam dalam hatiku apa saja yang dipelajari waktu sekolahnya toh dia lulusan dari sekolah terkenal dan nilai rata2 nya lebih tinggi dariku tapi kenapa sebodoh itu.
Sepintas terlihat ada pegawai wanita yang baru yang menarik perhatianku cantik, tinggi semampai tapi sayangnya kalau berjalan sedikit miring.Ah… . malu rasanya dengan lagu yang aku nyanyikan, selalunya kulihat kekurangan orang lain ada dimataku namun DEBU dihatiku tak pernah aku bersihkan.
Kita mesti berjuang memerangi diri bercermin dan banyaklah bercermin.Aku sepertinya lupa bahwa yang aku perangi selama ini adalah kemalasan untuk membaca buku2 ilmu pengetahuan yang bisa menghambat karirku dalam bekerja selain itu dengan penuh semangat aku perangi kemiskinan demi meningkatkan status sosial, memeras otak hanya untuk mencari jalan agar mendapat tambahan penghasilan padahal terkadang aku ingat sebuah kisah sahabat Rosulullah S.A.W yang bertanya sesaat setelah peperangan Badar, ya Rosulullah adakah perang yang lebih dahsyat dari perang badar ini, Jihaadun Nafs Jawab Rosulullah yaitu perang melawan hawa nafsu.
Beginilah aku yang lebih pandai berucap dan berkhotbah ketimbang melakukannya.
Kalau masalah bercermin aku tidak pernah lupa seharipun apalagi kalau akan keluar rumah, kulihat wajahku, dandananku tak lupa kusemprotkan parfum kebanggaanku dan dengan percaya diri aku keluar rumah. Aku juga bercermin kepada kawanku, tetanggaku, keluargaku tentang apa yang telah dia lakukan sehingga mereka berhasil menduduki jabatan yang tinggi, kekayaan yang berlimpah hingga tak perlu khawatir tentang anak keturunanya, jeleknya aku jarang kalau tidak boleh dikatakan tidak pernah bercermin kepada saudaraku yang senantiasa beribadah kepada Allah, yang selalu mensyukuri apa yang dia miliki, lebih miskin dariku namun bersedekah jauh melebihi aku padahal aku pernah mendengar bahwa lihatlah kebawah tentang harta dan lihatlah keatas mengenai ilmu demikian juga ketika aku mendengar Ayat Allah dibacakan " Lainsyakartum La azidannakum Walainkafartum Inna Adzaabi Lasadiid " dan ditutup dengan shodaqollohul adhim aku hafal tentang arti Ayat Allah yaitu barangsiapa yang bersyukur atas nikmatKU maka akan kutambah nikmat itu dan barangsiapa yang ingkar sesungguhnya siksaKU amatlah pedih kemudian ditutup dengan maha benar Allah dengan segala FirmanNya dan semua itu berlalu begitu saja di telingaku.
Ya Allah dimanakah tempatku setelah Engkau perhitungkan amal dan dosaku.
Allah ada didalam jiwa ini adalah kalimat puistis yang sering kudendangkan tatkala aku lagi menghadapi masalah atau menerima musibah tak lupa kusertakan kalimat selanjutnya Allah akan membantu hambaNya yang berusaha tidak lain hanyalah demi untuk memotivasi keyakinanku untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah, tidak demikian halnya tatkala aku lagi Happy seakan kalimat2 tersebut tak pernah aku mendengarnya bagaimana tidak, aku bisa berkata bohong untuk menolak permintaan shodaqoh untuk masjid, aku dengan leluasa membawa alat tulis kantor ke rumah untuk kepentingan pribadi semuanya seakan Allah tidak ada dalam jiwaku dan tiba2 ada ketika aku butuh pertolongannya.
Ya Allah berilah aku petunjuk karena hanya dariMUlah petunjuk itu datang. Dalam kebodohanku aku masih yakin bahwa Allah akan tersenyum kepadaku meski aku tak tahu kapan. Siapakah Aku ?
Aku bisa saja sang penulis, yang membaca atau siapa saja yang masih suka menonjolkan Akunya.
Untuk kita renungkan… … … …
BERCERMIN DIRI
Dalam keseharian kehidupan kita, begitu sangat sering dan nikmatnya ketika kita bercermin. Tidak pernah bosan barang sekalipun padahal wajah yang kita tatap itu-itu juga, aneh bukan?! Bahkan hampir pada setiap kesempatan yang memungkinkan kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Sebabnya kurang lebih karena kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin berpenampilan mengecewakan, apalagi kusut dan acak-acakan tak karuan.
Sebabnya penampilan kita adalah juga cermin pribadi kita. Orang yang necis, rapih, dan bersih maka pribadinya lebih memungkinkan untuk bersih dan rapih pula. Sebaliknya orang yang penampilannya kucel, kumal, dan acak-acakan maka kurang lebih seperti itulah pribadinya.
Tentu saja penampilan yang necis dan rapih itu menjadi kebaikan sepanjang niat dan caranya benar. Niat agar orang lain tidak terganggu dan terkecewakan, niat agar orang lain tidak berprasangka buruk, atau juga niat agar orang lain senang dan nyaman dengan penampilan kita.
Dan ALLOH suka dengan penampilan yang indah dan rapih sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A.W , "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal", "Sesungguhnya ALLOH itu indah dan menyukai keindahan". Yang harus dihindari adalah niat agar orang lain terpesona, tergiur, yang berujung orang lain menjadi terkecoh, bahkan kemudian menjadi tergelincir baik hati atau napsunya, naudzhubillah. Tapi harap diketahui, bahwa selama ini kita baru sibuk bercermin 'topeng' belaka. Topeng 'make up', seragam, jas, dasi, sorban, atau 'asesoris' lainnya,. Sungguh, kita baru sibuk dengan topeng, namun tanpa disadari kita sudah ditipu dan diperbudak oleh topeng buatan sendiri. Kita sangat ingin orang lain menganggap diri ini lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Ingin tampak lebih pandai, lebih gagah, lebih cantik, lebih kaya, lebih sholeh, lebih suci dan aneka kelebihan lainnya. Yang pada akhirnya selain harus bersusah payah agar 'topeng' ini tetap melekat, kita pun akan dilanda tegang dan was-was takut 'topeng' kita terbuka, yang berakibat orang tahu siapa kita yang 'aslinya'. Tentu saja tindakan tersebut, tidak sepenuhnya salah. Karena membeberkan aib diri yang telah ditutupi ALLOH selama ini, adalah perbuatan salah. Yang terpenting adalah diri kita jangan sampai terlena dan tertipu oleh topeng sendiri, sehingga kita tidak mengenal diri yang sebenarnya, terkecoh oleh penampilan luar. Oleh karena itu marilah kita jadikan saat bercermin tidak hanya 'topeng' yang kita amat-amati, tapi yang terpenting adalah bagaimana isinya, yaitu diri kita sendiri.
Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, "Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?"
Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, "Apakah mata ini yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap ALLOH Yang Mahaagung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih ALLOH kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?"
Lalu tataplah mulut ini, "Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thoyibah, 'laillahailallah', ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akherat akan memakan buah zakun yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!"
"Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Wahai mulut yang malang betapa banyak dusta yang engkau ucapkan.
Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak kata-kata manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama ALLOH dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar ALLOH mengampuni?" Lalu tataplah diri kita tanyalah, "Hai kamu ini anak sholeh atau anak durjana, apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya. Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk tiada tahu balas budi!
"Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam terasang tanpa ampun derita tiada akhir"
"Wahai tubuh, berapa banyak masiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau dzhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba-hamba ALLOH yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau napas?"
"Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu?Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah atau selemah daun-daun yang mudah rontok?
Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotaranmu?"
Lalu ingatlah amal-amal kita, "Hai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikan, berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan dibalik penampilanmu ini?" "Apakah engkau ini dermawan atau sipelit yang menyebalkan?" Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dan bandingkan dengan yang engkau gunakan untuk selera rendah hawa nafsumu".
"Apakah engkau ini sholeh atau sholehah seperti yang engkau tampakkan?
Khusukkah shalatmu, dzikirmu, doamu, .ikhlaskah engkau lakukan semua itu?
Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah menjadi makhluk riya tukang pamer!"
Sungguh betapa beda antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi, betapa aku telah tertipu oleh topeng? Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus topeng-topeng duniawi"
Wahai sahabat-sahabat sekalian, sesungguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan menangisi diri ini.
4 PERKARA SEBELUM TIDUR
Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : “Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :
1. Sebelum khatam Al Qur’an,
2. Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir,
3. Sebelum para muslim meridloi kamu,
4. Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh …
“Bertanya Aisyah :
“Ya Rasulullah… . Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?”
Rasul tersenyum dan bersabda : “Jika engkau tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur’an.
Membacalah sholawat untukKu dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafaat di hari kiamat.
Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu.
Dan,perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh”
Sekian untuk ingatan kita bersama.
KEIKHLASAN
Mereka yang bertindak akan musnah, kecuali mereka yang menyembah Allah
Mereka yang menyembah Allah akan musnah, kecuali mereka yang mengetahui Allah
Mereka yang mengetahui Allah akan musnah, kecuali mereka yang jujur
Mereka yang jujur akan musnah, kecuali mereka yang tulus
Mereka yang tulus akan musnah, kecuali mereka yang waspada
Mereka yang waspada akan musnah, kecuali mereka yang memiliki keyakinan
dan mereka yang memiliki keyakinan adalah yang bersifat luhur.
Allah menggambarkannya dengan indah dalam ayatnya surah 15: 99
" Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu (waktu kematian) yang diyakini "
TIPU DAYA SYETAN
Ada kaidah bahwa sesuatu yang tidak terlihat tidak lantas disebut tidak ada. Contoh sederhananya adalah elektron, udara, jin. Seorang Profesor elektro pun pasti belum pernah melihat elektron dengan kasat mata, atau melihat arus listrik yang mengalir pada kabel. Bila tidak percaya pegang saja kabel listrik kalau tidak kabel itu "menggigit" alias nyetrum. Tapi jangan coba-coba mengetesnya sendiri pokonya percaya saja. Udara juga kita pasti tidak dapat melihatnya. Yang terlihat hanyalah gerakan benda-benda yang terhempas oleh udara contohnya dedaunan yang bergoyang terhempas udara. Begitu juga jin. Dan untuk masalah jin ini, walaupun tidak terlihat dia pasti ada. Jin itu sendiri ada yang muslim dan ada yang kafir. Dan yang mengajak kejahatan itu disebut dengan syetan dan nenek moyangnya adalah iblis laknatulloh.
Mengapa kita harus percaya bahwa sesuatu yang tidak terlihat belum tentu tidak ada? Itu karena manusia sendiri diciptakan sempurna oleh Alloh. Manusia diciptakan dengan keterbatasan. Dengan keterbatasannya itu sesungguhnya itu adalah rahmat bagi manusia itu sendiri. Manusia diciptakan dengan kemampuan melihat pergerakan benda yang kecepatannya terbatas. Juga manusia diciptakan dengan kemampuan mendengar yang terbatas. Coba kita lihat baling-baling peS.A.W at, pasti bila putaran baling-baling itu kecepatannya makin tinggi maka tidak akan kelihatan anak baling-baling tersebut. Coba kita bisa mendengar semua frekuensi suara bisa stress jadinya bila setiap hari mendengar suara kelelawar, suara gelombang radio atau suara semut. Maha suci Alloh yang telah menciptakan keterbatasan pada diri manusia.
Manusia diciptakan dari tanah/sari pati tanah. Tapi bukan berarti kalau kita ditimpuk oleh tanah langsung bersenyawa, hasilnya yang pasti adalah benjol. Begitu juga dengan jin yang diciptakan dari panas api dan itu tidak berati jin tidak bisa meraskan panasnya api (neraka).
Menurut sejarahnya iblis/syetan selalu akan berusaha membuat manusia menyimpang dari jalan yang lurus. Dan itu dilakukan dalam ukuran detik atau bahkan bila ada yang lebih kecil dari detik maka begitu gencarlah syetan berusaha menyesatkan manusia.
Kita yang tidak bisa melihat jin kafir/syetan suka terlena akan godaan syetan ini. Kita suka tidak sadar bahwa mereka selalu mengintai dan menyesatkan manusia seperti halnya aliran darah dalam tubuh manusia yang terus bersirkulasi begitu juga syetan, terus menyesatkan manusia tanpa henti.
Oleh sebab itu yakini sesungguhnya kita sedang berperang antara manusia dengan syetan. Dan syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia walaupun tidak terlihat mata. Dan alangkah aneh kita manusia tetapi tidak tahu atau tidak awas siapa musuh kita, bagaimana musuh kita.
Syetan itu bekerja sama antara syetan dari golongan jin dengan syetan dari golongan manusia. Contohnya adalah: melalui desainer pakaian syetan membisik-bisikan agar si desainer menghasilkan desain pakaian yang mini-mini yang membuka aurat. Juga syetan memberikan ide-ide kepada para pembuat iklan untuk membuat iklan yang menghasilkan kesan mesum dan juga para penggubah lagu juga dibisik-bisiki supaya menghasilkan lagu yang mengundang syahwat. Kesemuanya bermuara kepada melalaikan untuk mengingat Alloh! Bila melihat sinetron jaman sekarang, pasti bapak-bapak/ibu-ibu juga anak laki-laki/perempuan suka nonton sinetron bukan karena jalan ceritanya yang bagus tapi cenderung karena pemainnya yang muda-muda cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Dan ini tanpa disadari bisa menjadi sumber ketidak harmonisan rumah tangga. Coba saja lihat "habis lihat sinetron dengan pemainnya wanita-wanita cantik lalu setelah itu lihat wajah istri sendiri", pasti akan kelihatan lebih tua. Karena apa… ..karena barusan melihat wanita-wanita muda dan cantik disinetron. Begitu juga dengan ibu-ibu "habis lihat pemain yang muda gagah" lalu lihat suami … ..wah koq kelihatan sudsh tua sekali. Itulah cara-cara syetan memalingkan manusia melalui berbagai cara agar kehidupan manusia
penuh dengan perpecahan dan jauh dari mengingat Alloh.
Coba jalan-jalan ke Mall, dimana ada di Mall itu sesuatu yang bisa mengingatkan kita kepada Alloh. Suaran adzan / lantunan
Al-Qur'an tidak terdengar, sholat pun bisa jadi lewat begitu saja.
Begitu juga halnya dengan pacaran. Bila ada yang berkata "Aku cinta padamu"… padahal arti sebenarnya adalah "Aku nafsu sama kamu". Kenapa? Karena cinta itu sejatinya setelah memasuki jenjang perkawinan. Sebelum pernikahan yang ada hanyalah nafsu. Untuk itu berhati-hatilah antara pergaulan muda-mudi jangan sampai tergelincir kepada zina.
Dalam upaya kita berbuat kebaikan juga selalu berusaha syetan itu menyusup, misalnya ketika berbuat baik ditiup-tiupkan perasaan riya' atau ketika baca Al-Qur'an dibagus-baguskan supaya orang lain memuji kita.
Oleh sebab itu yakinlah bahwa syetan itu ada dan selalu berusaha menggelincirkan manusia kepada maksiat dan jauh dari mengingat Alloh.
Ada hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menjauhkan godaan syetan, antara lain adalah memohon perlindungan kepada Alloh agar diselamatkan dari godaan syetan, sebab syetan itu sendiri mutlak berada dalam genggaman Alloh.
Jangan jadikan rumah kita menjadi sarang syetan. Caranya adalah hindari barang-barang yang bisa menarik syetan untuk dijadikan tempat bersarang. Contoh: jangan ada patung, lukisan makhluk hidup, jangan ada tempat-tempat kotor, lembab, bau dan tidak terawat. Jangan pelihara anjing - Bagi yang punya anjing kasihkan saja sama orang lain yang non muslim karena anjing itu bisa menahan malaikat rahmat memasuki rumah kita. kalau untuk penjaga pakai saja alarm atau sewa satpam. Buat juga kamar atau rumah itu suasananya bisa mengingat Alloh. kalau perlu pajang kain kafan di kamar. Hati-hati dengan barang-barang elektronik seperti Komputer, TV, VCD, dll karena barang -barang itu juga bisa dijadikan alat perusak iman kita oleh syetan.
Disamping menjaga lingkungan dari kemungkinan dijadikannya sarang syetan maka diri kitapun harus dijaga dengan dzikir kepada Alloh baik diwaktu pagi atau petang dan juga sebelum tidur. Beberapa contoh yang dapat dilakukan adalah berwudhu sebelum tidur, membaca do'a sebelum tidur, juga baca ayat kursi atau baca lafadz : Laa ilaaha illallohu wahdahu Laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa 'alaa kulli syai'in qodiir sebanyak 100 kali (kalau bisa) atau baca doa-doa yang mashyur (Dzikir Al Ma'tsurat misalnya ).
Dan sebagai salah satu bentuk pertahanan yang harus selalu kita lakukan bagi keluarga/anak-anak kita atau saudara-saudara kita adalah berdo'a kepada Alloh yang menguasai segala makhluk agar terlindung dari godaan syetan.
Semoga kita semua dapat diselamatkan dan dilindugi oleh Alloh dari godaan syetan dan iblis yang terkutuk. Aamiin.
“SISI LAIN” PERTOLONGAN ALLOH
Karunia pertolongan ALLOH Azza wa Jalla terkadang “definisi”-nya tidak mesti sama dengan apa yang terpikir dalam benak dan terbetik dalam untaian harapan kita. Bisa jadi apa yang kita artikan dan kita dambakan lewat doa ataupun cetusan hati itu berupa ‘A’, ternyata yang datang berbentuk ‘B’. Sayangnya, kita kerapkali tidak menyadarinya. Kita anggap bahwa ALLOH tidak menolong kendati sudah ‘habis-habisan’ berdoa.
Akan tetapi, bagi orang yang sudah memiliki makifat, tentulah tidak akan atau setidaknya tidak akan berlama-lama terjebak dalam buruk sangka seperti itu. Dia akan diberi kesanggupan oleh ALLOH untuk dapat menangkap hikmah dibalik setiap kejadian. Dan oleh karena itu, cepat atau lambat akan segera disadarinya bahwa ALLOH Azza wa Jalla sama sekali tidak akan pernah lalai dalam mengurus hamba-Nya dan tidak akan pernah lupa untuk mengabulkna doa-doanya.
Ketika suatu waktu kita ingin pertolongan ALLOH dan ternyata pertolongan itu belum datang juga seperti yang kita inginkan, namun kita tetap bisa berdoa dan shalat tahajud, maka itu pun harus membuat kita puas. Mengapa? Sebab, karunia ALLOH tidak harus berbentuk material seperti yang kita inginkan. Kita bisa berdoa, kita bisa tahajud, dan kita bisa tetap bersungguh-sungguh dalam meminta, itu pun merupakan karunia besar. Bahkan bisa jadi lebih besar daripada apa yang yang kita minta, baik berupa uang ataupun aneka bentuk pertolongan lainnya.
Ketika kita diuji dengan lilitan hutang, misalnya, lantas kita setiap malam menangis dan berdoa, “Ya, ALLOH. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Mahakaya. Jagat raya alam semesta ini sungguh milik-Mu. Bayangkanlah hutangku, ya Rabb.” Akan tetapi, ketika ternyata hutang-hutang itu tak bisa terbayarkan juga, maka bukanlah itu berarti doa kita tidak dikabulkan-Nya. Sesungguhnya, kesanggupan kita untuk bangun setiap malam dan memanjatkan doa dengan penuh harap, ini pun karunia ALLOH yang amat besar. Apa sih artinya hutang bagi ALLOH yang Mahakaya? Mungkin dengan hutang itu ALLOH justru sedang menjerat seorang hamba-Nya agar semakin dekat kepada-Nya.
“Ya, ALLOH. Usahaku saat ini sedang macet. Tolonglah, ya ALLOH. Bukanlah Engkau Mahakaya, Pemiliki segalanya?” Subhanallah. Bukankah sangat jarang kata-kata seperti ini terucap dari lisan seseorang ketika dia sedang dalam keadaan makmur? Sungguh mahal kata-kata makrifat seperti itu, yang bisa jadi terlontar dari lisan kita justru tatkala kita sedang dalam kesusahan. Nah, siapa tahu itu merupakan karunia yang lebih besar daripada dilapangkan seketika oleh ALLOH.
Jadi, kita terus-menerus memohon, menghiba-hiba, dan dengan sekuat tenaga memaksakan diri mendekat kepada ALLOH, itu pun adalah karunia ALLOH yang lebih besar dari pada yang kita mintakan dalam doa.
Anda datang menghadiri pengajian di majlis taklim karena suatu kesulitan dan kesempatan yang tengah di hadapi, lalu anda dengarkan ceramah sang mubaligh; itu lebih baik daripada doa yang kita minta. Karena dengan cara ini mungkin lebih banyak yang terselesaikan daripada satu penyelesaian masalah yang kita mintakan dalam doa.
Anda minta dimudahkan urusan oleh ALLOH tetapi malah diberi ilmu; bisa jadi itu lebih manfaat daripada kemudahan urusan yang anda cari. Karena, dengan ilmu justru lebih banyak urusan yang bisa terselesaikan. Demikian juga bila anda sedang mempunyai masalah dengan tetangga atau orang tua, tetapi Anda telah datang kepada ulama untuk menuntut ilmu; itu ‘kan merupakan masalah yang dapat membuat kita menjadi lebih baik.
Walhasil, janganlah takut oleh suatu masalah karena pertolongan ALLOH itu teramat dekat. Dan bentuknya yang mahal adalah ketika kita berubah menjadi semakin taat kepada ALLOH. Sekali lagi, semua itu adalah karunia yang jauh lebih besar daripada yang kita minta.
KAPANKAH TIBA PERTOLONGAN ALLOH?
Kapankah pertolongan ALLOH akan tiba? Begitu banyak yang selalu menanti dan mengharap pertolongan ALLOH. Ada yang sabar, ada yang tidak sabar. Ada yang yakin bahwa ALLOH akan menolong, ada juga yang ragu-ragu. Ada yang menikmati saat-saat menanti pertolongan ALLOH, namun tak sedikit yang sengsara.
Akan tetapi, bagi orang-orang yang telah mengetahui ilmunya, yakin benar bahwa ALLOH adalah Dzat yang sama sekali tidak pernah bohong terhadap apa yang Dia janjikan. ALLOH adalah Dzat yang sekali-kali tidak pernah salah perhitungn sedikitpun juga atas segala takdir dan ketentuan-Nya. Pasti tidak akan meleset, pasti tidak akan mengecewakan! Hanya, perkara bentuk ataupun waktunya, masya ALLOH, itu sama sekali bukan urusan kita.
Bukankah untuk itu ALLOH Azza wa Jalla telah menebar janji dan jaminan-Nya lewat Al Quran Al Karim? Simaklah firman-Nya yang sungguh Mahabenar ini, ‘Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” [Q.S. Al Mukmim (40):51]. “…Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” [Q.S. Ar Ruum (30):47].
Ada sebuah keluarga yang selalu di rundung ujian oleh ALLOH. Kedua suami istri ini ditakdirkan menderita suatu penyakit. Sang suami diuji dengan sakit yang berkepenajangan; sekali jatuh sakit dia harus berbaring selama dua hingga tiga tahun. Isterinya pun ternyata harus mendapat ujian sakit pula. Hal ini kerapkali menimpa keduanya semenjak awal berumah tangga. Akan tetapi, alhamdulillah keluarga ini benar-benar beriman.
Sampai suatu saat sang isteri ditakdirkan oleh ALLOH mengandung, namun sayang kehamilannya ini pun merupakan satu batu ujian tersendiri: ia hamil anggur. Dokter menyarankan agar kandungannya harus segera dibersihkan. Kalau tidak akan menambah masalah baru bagi kesehatannya. Berapa biayanya? Subhanallah, untuk membersihkannya saja dibutuhkan biaya tak kurang dari empat ratus ribu rupiah. Jelas, keluarga yang memang hidup pas-pasan ini tidak mampu menanggung biaya sebesar itu.
Keduanya pun hanya bisa menjerit kepada ALLOH mengadukan semua ini. “Ya ALLOH. Sungguh Engkau Mahatahu keadaan kami. Engkau Mahatahu kami miskin harta. Kini Engkau uji kami dengan kejadian seperti ini. Hanya Engkaulah yang mampu menolong dan melapangkan kesempitan hamba-hamba-Mu,” rintihnya.
Begitulah karena ketidakmampuannya menyediakan biaya pengobatan, sang istri hanya bisa berbaring lesu ditempat tidur.
Hingga akhirnya turunlah pertolongan dari ALLOH yang Maharahman, yang syariatnya ternyata berupa sakit thypus! Panas! Panas sekujur tubuhnya, panas kepalanya, panas perutnya! Akibatnya, terjadilah keguguran. Dan dokter yang memeriksanya kemudian, menyatakan bahwa kandungannya kini telah bersih, sehingga tidak perlu lagi diadakan pembersihan kandungan sebagaimana yang telah disarankannya tempo hari. Allahu Akbar!
Pertolongan ALLOH memang tidak mesti sebentuk dengan apa yang kita duga dan harapkan. Kita jangan terperdaya oleh syetan yang menganggap ALLOH tidak menolong kita, padahal pertolongan ALLOH ternyata sudah datang. Hanya karena beda bentuk saja.
ALLOH pasti sangat memperhatikan keadaan kita jauh lebih bear daripada perhatian kita terhadap diri sendiri. Betapa tidak! Karena, Dia-lah yang merancang tubuh kitadengan detail, sedangkankita tidak tahu apa-apa tentang diri ini. Lantas apalagi yang perlu kita kita ragukan dalam hidup ini tentang jaminan dan jamuan dari ALLOH Azza wa Jalla.
Hanya orang-orang malang yang ragu-ragu terhadap janji ALLOH. Padahal keraguan tidak mendatangkan apapun, selain mendatangkan kesengsaraan! Yakin ataupun tidak yakin tetap saja ketentuan ALLOHakan menimpa kita. Hanya dengan keyakinan yang mantapah ketentuan ALLOH akan berubah menjadi ladang nikmat apapun yang terjadi.
Akan tetapi, kalau kita hadapi kejadian dalam hidup ini dengan buruk sangka terhadap pertolongan ALLOH, maka kita sudah sengsara duluan menghadapinya, bhkan terhalang juga pertolongan ALLOH itu karena keburuksangkaan kita terhadapnya.
Oleh sebab itu, jangan sekali-kali mimpi hidup enak tanpa ujian dari ALLOH karena bagaimanapun ujian itu sendiri merupakan konsekuensi logis dari keberimanan kita. Sejauh kita yakin bahwa ujian merupakan suatu jalan bagi diangkatnya derajat keimanan kita, insya ALLOH semua ini akan menjadi ladang nikmat. Karena, toh tidak bisa diragukan lagi bahwa diujung segala ujian, karunia pertolongan-Nya siap menyongsong.
TAUBAT LELAKI YANG SIBUK
Diceritakan bahwa ada seseorang menceritakan kepada Hasan Al-Basri: "Wahai Abu Said! Di sini ada seorang lelaki yang tidak mau berkumpul dengan orang ramai. Dia sentiasa duduk sendirian saja."
Hasan pergi kepada orang yang dimaksudkan itu dan berkata: "Wahai hamba Allah! Aku melihat engkau suka duduk menyendiri saja. Mengapa engkau tidak suka bergaul dengan orang ramai?" "Ada suatu perkara yang telah menyibukkan aku dari berkumpul dengan manusia."
Sekurang-kurangnya engkau pergi kepada lelaki yang dipanggil sebagai Hasan Al-Basri dan duduk di majlis ilmunya." kata Hasan lagi.
"Ada satu perkara yang mencegah aku dari berkumpul dengan manusia termasuk Hasan Al-Basri." Kata lelaki itu.
"Semoga Allah merahmatimu. Apakah gerangan yang sentiasa menyibukkan engkau?"
"Aku setiap hari terjepit di antara nikmat dan dosa. Maka setiap hari diriku sibuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan sibuk bertaubat atas dosa-dosa tersebut." Jawab lelaki itu.
"Wahai hamba Allah! Kalau begitu engkau lebih alim dari Hasan Al-Basri. Maka kekalkanlah amalan yang telah engkau lakukan." Kata Hasan Al-Basri.
TAUBAT SEORANG WANITA BUTA
Saleh Al-Muri bercerita, bahwa dia pernah melihat seorang perempuan tua memakai baju kasar di Mihrab Daud Alaihissalam.
Perempuan yang telah buta matanya itu sedang mengerjakan sholat sambil menangis terisak-isak. Setelah selesai sholat dia mengangkat wajahnya ke langit dan berdoa:
"Wahai Tuhan Engkaulah tempatku memohon dan Pelindungku dalam hidup. Engkaulah penjamin dan pembimbingku dalam mati. Wahai Yang Maha Mengetahui perkara yang tersembunyi dan rahasia, serta setiap getaran batin tidak ada Raja bagiku selain Engkau yang kuharap dapat menghindarkan bencana yang dahsyat."
Saleh Al-Muri memberi salam kepada perempuan tersebut dan bertanya: "Wahai Ibu! Apa yang menyebabkan hilangnya
penglihatanmu?" "Tangisku yang disebabkan sedihnya hatiku karena terlalu banyaknya maksiatku kepada-Nya, dan terlalu sedikitnya ingatan dan pengabdianku kepada-Nya. Jika Dia mengampunkan aku dan menggantinya di akhirat nanti, adalah lebih baik dari kedua-dua mataku ini. Jika Dia tidak mengampunkan aku, buat apa mata di dunia tetapi akan dibakar di nereka nanti." Kata perempuan tua itu.
Saleh pun ikut menangis karena sangat terharu mendengar hujjah wanita yang mengharukan itu.
"Wahai Saleh! Sudikah kiranya engkau membacakan sesuatu dari ayat Al-Quran untukku. Karena aku sudah sangat rindu kepadanya." Pinta perempuan itu.
Lalu Saleh membacakan ayat yang artinya: "Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya."
(Al-An'am: 91)
"Wahai Saleh, siapakah yang berkhidmat kepada-Nya dengan sebenarnya?" Kata perempuan itu lalu menjerit kuat-kuat dengan jeritan yang boleh menggoncangkan hati orang yang mendengarnya. Dia jatuh ke bumi dan meninggal dunia seketika itu juga.
Pada suatu malam Saleh Al-Muri bermimpi berjumpa dengan perempuan tua itu dalam keadaan memakai baju yang sangat bagus.
Dalam mimpi tersebut Saleh bertanya: "Bagaimana keadaanmu sekarang?"
Perempuan itu menjawab: "Lebih baik rohku dicabut, aku didudukkan di hadapan-Nya dan berkata: "Selamat datang wahai orang yang mati akibat terlalu sedih karena merasa sedikitnya khidmatnya kepada-Ku."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar